BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pidato
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan.[1]Pidato
adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang
banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari
besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain
sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan
positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato
atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai
jenjang karir yang baik.[2]
B.
Peranan Pidato
Peranan pidato, ceramah, penyajian penjelasan lisan kepada suatu
kelompok massa merupakan suatu hal yang sangat penting, baik pada waktu
sekarang maupun pada waktu-waktu yang akan datang. Dalam sejarah umat manusia
dapat dicatat betapa keampuhan penyajian lisan mengubah sejarah umat manusia
atau sejarah suatu bangsa. Penyajian lisan dapat berguna bagi masyarakat, untuk
mengembangkan suatu tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan lebih luhur.
Tetapi sebaiknya keahlian bicara itu menenggelamkan umat manusia beserta
nilai-nilai dan hasil-hasil kebudayaannya. Sebab itu sebagai seorang mahasiswa
harus berusaha pula memiliki kemahiran mengungkapkan pikiran secara lisan atau
dengan singkat penyajian lisan, bukan saja menghendaki penguasaan bahasa yang
baik dan lancar, tetapi disamping itu menghendaki pula persyaratan-persyaratan
lain.[3]
Dahulu kala
Indonesia mempunyai seorang yang sangatlah hebat dalam hal pidato atau
biasa kita panggil bapak proklamator yaitu Ir.soekarno. bangsa indonesia seakan
terhipnotis bila mereka semua mendengarkan bapak proklamator itu, badan dan
tubuh pun seakan akan ingin bangkit dan akhirnya pun bangsa indonesia ini
bisa bangkit dari para penjajah.
Seorang tokoh
dalam masyarakat, seorang pemimpin, lebih-lebih lagi seorang sarjana atau ahli
harus memiliki pula keahlian untuk menyajikan pikiran dan gagasannya secara
oral. Seorang tokoh atau pemimpin yang tidak bisa berbicara di depan umum akan
menjauhkan dirinya sendiri dari masyarakat yang di pimpinnya ia tidak sanggup
mengadakan komunikasi langsung dengan anggota-anggota masyarakatnya.[4]
C.
Metode Pidato
Di dalam kegiatan berpidato, dikenal empat macam metode berpidato.
Metode berpidato tersebut antara lain[5]:
1.
Impromtu (serta-merta)
Dalam metode ini pembicara menggunakan cara
spontanitas (improvisasi), biasanya digunakan untuk pidato yang sifatnya
mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.
a.
Kekurangan
1)
Materi kadang
tidak disampaikan secara urut / sistematis.
2)
Mendadak.
3)
Kurang
persiapan, sehingga kemungkinan ada yang terlupa.
4)
Menimbulkan kesimpulan
yang mentah.
5)
Mengakibatkan penyampaian
tidak lancar.
6)
Demam panggung.
b.
Kelebihan
1)
Bahasanya
singkat sehingga tidak membosankan.
2)
Bebas memilih
topik.
3)
Gagasan datang secara
spontan.
4)
Lebih mengungkapkan
perasaan pembaca.
2.
Memoriter (menghafal)
Metode
ini merupakan lawan dari metode pertama diatas. Penyajian lisan yang dibawakan
dengan metode ini bukan saja direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap
kemudian dihafal kata demi kata. Cara ini juga akan menyulitkan pembicara untuk
menyesuaikan dirinya dengan situasi dan reaksi-reaksi pendengar selagi
menyajikan gagasannya.
a.
Kekurangan
1)
Bila lupa akan mempengaruhi isi pidato
2)
Membosankan
3)
Suara monoton
b.
Kelebihan
1)
Melatih daya ingat
2)
Tersusun secara sistematis
3.
Ekstemporan (tanpa persiapan naskah)
Merupakan pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok
penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha
mengingatnya kata demi kata.
a. Kekurangan
1)
kemungkinan
menyimpang dari garis besar
2)
kefasihan
terhambat karena kesukaran memilih kata
b. Kelebihan
1)
Komunikasi
pembicara dengan pendengar lebih baik
2)
Pesan
dapat fleksibel
4.
Manuskrip (naskah)
Merupakan pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan
pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh
nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional[6].
a.
Kekurangan
1)
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara
langsung pada mereka
2)
pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik
3)
pembuatannya lebih lama
b. Kelebihan
1)
kata-kata
dapat dipilih sebaik-baiknya
2)
pernyataan dapat dihemat
3)
kefasihan bicara dapat dicapai
4)
tidak ngawur
5)
manuskrip dapat diperbanyak
Dari keempat metode berpidato tersebut, yang
paling populer digunakan adalah metode ekstemporan. Kelebihan metode ekstemporan antara lain
membuat pidato lebih runtut dan sistematis, menghindari pengulangan bahasan
yang telah disampaiakn di awal, serta menghindari ketertinggalan poin-poin
penting karena faktor lalai atau lupa sehingga tidak sempat disampaian.
Agar pidato Anda dapat menarik minat dan
perhatian pendengar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kemukakan fakta dengan jelas
b) Gunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga
mampu membangkitkan minat pendengar terhadap masalah yang kita sampaikan
c) Berbicara secara wajar dan terbuka
d) Sajikan materi dengan lafal dan intonasi yang
tepat
e) Gunakan mimik dan gerak-gerik secara wajar
D.
Persiapan Pidato
Tidak semua orang memahami cara berpidato yang
baik, yang biasa menyampaikan materi pidato dengan tepat sasaran tanpa harus
mengalami demam panggung. Sebelum berpidato ada beberapa hal penting yang harus
dipersiapkan. Persiapan ini memainkan peranan yang sangat penting dalam
mendukung keberhasilkan dalam berpidato.
Persiapan
pidato itu antara lain adalah sebagai berikut[7]:
1.
Menentukan Tujuan Pidato
Tujuan
dalam berpidato harulah jelas, untuk apa kamu berpidato, apakah memberitahu,
menghibur atau membujuk. Selain itu juga harus merumuskan dengan jelas tujuan
khususnya, yaitu tanggapan apa yang diharapkan setelah pidato itu selesai.
2.
Memilih dan Menyampaikan Pokok Persoalan
Terkadang
pokok persoalan sudah ditentukan oleh panitia sebelumnya, terkadang pun sang
pembicara juga diberikan kebebasan untuk memilih pokok persoalan dalam
berpidato. Tapi walaupun persoalan itu sudah ditentukan atau belum, pembicara
wajib menyempitkan pokok persoalan ini, untuk disesuaikan dengan kesanggupannya
atau kemampuannya, minatnya dan waktu yang disediakan untuk berpidato.
3.
Menganalisis Pendengar dan Suasana
Pembicara
harus berusaha mengetahui siapa yang akan menjadi pendengarnya. Jumlah mereka
banyak atau sedikit, mereka umumnya tergolong terpelajar atau tidak, bagaimana
suasana dalam pidato nanti, apakah hadirin duduk atau berdiri, pagi atau siang,
di salam ruangan atau di tanah lapang, dan sebagainya. Semua itu harus
diperhitungkan agar pidatonya bisa berhasil.
4.
Mengumpulkan Bahan
Pembicara
dapat mengumpulkan bahan yang sesuai dengan pokok masalah yang akan disampaikan
melalui banyak cara, diantaranya adalah:
a)
Membaca
buku, majalah, koran dan sumber sumber pengetahuan lain yang sesuai dengan
pokok masalah yang akan di sampaikan.
b)
Berusaha
menambah wawasan atau bertanya kepada orang yang lebih tahu
c)
Mengingat
kembali pengamalaman pribadi yang relevan
5.
Membuat Kerangka
Berdasarkan
bahan bahan yang berhasil dikumpulkan itu lalu disusun pokok-pokok yang akan
dibicarakan menurut urutan yang baik. Di bawah pokok-pokok utama tadi diadakan perincian
lebih jauh, dengan itu pengertian bahwa bagian-bagian yang terperinci itu harus
memperjelas pokok-pokok utama tadi.
6.
Menguraikan secara Mendetail
Setelah
kerangka selesai disusun, maka pembicara bebas memilih, yaitu berbicara bebas
dengan sekali-kali melihat kerangka (metode ekstemporan), atau menggarap pidato
secara lengkap kata demi kata, kemudian dibacakan atau dihafalkan (metode
naskah atau metode menghafal). Jadi, cara menguraikan kerangka pidato itu
tergantung pada metode apa yang dipilih.
7.
Melatih dengan Suara Nyaring
Setelah
semua persiapan selesai, pembicara sudah bisa mulai latihan berpidato dengan
suara keras seperti yang akan dilakukan dalam pidato yang sesungguhnya.
E.
Topik dan Judul
Pengertian
topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam
tulis menulis berarti pokok
pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.[8]
Topik
atau masalah adalah pokok pembicaraan. Menurut Kridalaksana topik adalah bagian
kalimat yang diutamakan dari beberapa hal yang mengikutinya; kerangka
yang bersangkutan dengan ruang, waktu, dan benda. Keraf mengatakan, penulis
lebih baik menulis hal-hal yang sifatnya menarik bagi penulis sendiri dengan
pokok persoalan yang benar-benar diketahui dan dipahami daripada menulis
pokok-pokok yang tidak menarik atau tidak diketahui.[9]
Seringkali
kita susah untuk mencari topik yang baik, seakan dunia ini kering bahan
pembicaraan. Seseorang punya keahlian tertentu maka jadikanlah itu sebagai
topik pembahasan yang bermutu.
Contoh:
Afgan mungkin akan susah menjelaskan tentang patologi tetapi ia mengetahui
benar bagaimana teknik bernyanyi yang benar itu.
Sumber
topik misalnya:
1) Pengalaman pribadi
2) Hobby dan keterampilan
3) Pengalaman kerja atau profesi
4) Pelajaran sekolah atau kuliah
5) Pendapat pribadi
6) Peristiwa hangat/pembicaraan publik
7) Masalah abadi
8) Kilasan biografi
9) Kejadian khusus
10) Minat khalayak
Kriteria
Topik yang Baik
a)
Topik
harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda. Anda harus mengetahui
lebih banyak dari pada pendengar.
b)
Topik
harus menarik minat anda.
c)
Topik
harus menarik minat pendengar.
d)
Topik
harus sesuai dengan pengetahuan pendengar.
e)
Topik
harus terang ruang-lingkup dan pembatasannya.
f)
Topik
harus sesuai dengan waktu dan ilustrasinya.
g)
Topik
harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain.
Merumuskan
Judul
Yang
erat hubungannya dengan topik adalah judul. Judul adalah nama yang diberikan
untuk pokok bahasan yang disampaikan. Judul yang baik itu adalah:
a)
Relevan : ada hubungan dengan pokok-pokok bahasan
b)
Provokatif : menimbulkan hasrat ingin tahu dan
antusianisme pendengar
c)
Singkat : mudah ditangkap maksudnya, pendek, dan
enteng diingatnya[10]
F.
Tujuan Pidato
Tujuan pidato tergantung dari keadaan yang dikehendaki oleh orator.
Tujuan tersebut dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
akan menimbulkan reaksi-reaksi yang bersifat umum. Sedangkan tujuan khusus
diharapkan akan menimbulkan reaksi khusus pula.
Tujuan
pidato biasanya untuk mendorong pendengar, meyakinkan pendengar, berbuat atau
bertindak, memberitahukan dan menyenangkan.
a.
Mendorong pendengar
Tujuan
pidato dikatakan mendorong bila pembicara berusaha untuk memberi semangat,
membangkitkan kegairahan atau menekan perasaan yang kurang baik serta
menunjukan rasa hormat dan pengabdian. Reaksi-reaksi yang diharapakan adalah
dapat membakar emosi para pendengar.
Contohnya:
Pidato Menteri Kesejahteraan
Rakyat
tentang bencana gunung meletus di Jambi bertujuan untuk mendorong semangat
bangsa Indonesia bersedia mengorbankan sedikit dari miliknya untuk membantu
meringankan beban para korban gempa.
b.
Meyakinkan pendengar
Seorang
orator berusaha untuk mempengaruhi keyakinan atau sikap mental para pendengar,
maka pidato seperti itu bertujuan untuk meyakinkan. Bahasa yang digunakan
bersifat persuasif, isi pidatonya disertai
bukti-bukti dan contoh-contoh yang konkrit. Dengan demikian reaksi yang
diharapakan dari para pendengar adalah timbulnya persesuaian pendapat atau
keyakinan atas persoalan yang dibawakan. Misalnya seorang Juru Kampanye sewaktu
berkampanye.
c.
Berbuat atau bertindak
Tujuan persentasi lisan adalah untuk berbuat dan bertindak bila
pembicara menghendaki beberapa macam tindakan atau reaksi fisik dari para
pendenga. Reaksi atau tindakan yang diharapkan ini dapt berbentuk seruannya
atau tidak dapat pula menandatangani sebuah petisi, membuat parade atau
mengadakan demonstrasi. Dasar dari
tindakan-tindakan tersebut adalah keyakinan yang mendalam atau terbakar
emosinya, atau kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam garis besarnya uraian
semacam ini dapat berjalan sejajar dengan maksud seperti di atas.
d.
Memberitahukan
Pidato yang bertujuan untuk memberitahukan adalah apabila pembicara
ingin memberitahukan atau menyampaikan suatu hal yang belum atau yang kurang
diketahui para pendengar untuk memperluas bidang pengetahuan mereka. Seorang
pemimpin memberitahukan dan menguraikan bagaimana langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam organisasi. Seorang dosen memberi pengajaran dan perkuliahan
semuanya bertujuan memberitahukan sesuatu. Reaksi yang diinginkan dari jenis
uraian ini ialah agar para pendengar mendapat pengertian yang tepat, menambah
pengetahuan mereka tentang hal-hal yang kurang atau belum diketahuinya.
e.
Menyenangkan
Pidato
haruslah dapat menimbulkan suasana gembira atau menyenangkan bagi para
pendengarnya. Kesegaran pembicaraan dan humor merupakan alat yang sanghat
penting dalam penyampaian uraian. Reaksi yang diharapkan dari pertemuan
tersebut adalah dapat menimbulkan kegembiraan dan kesenangan kepada para
pendengar.
Pidato
seperti ini biasanya dilaksanakan pada jamuan-jamuan, pesta-pesta atau
perayaan-perayaan dan pertemuan gembira lainnya.[11]
[1] E. Zaenal Arifin dan S.
Imran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta: Akademika
Presindo,2009), hlm. 228.
[3] Virtual Live, (http://gondress.blogspot.com/2011/11/tugas-ragam-pidato.html), diunduh pada hari Minggu, 19 Mai 2013.
[4] Koko Kurnia, (http://kokokurnia.wordpress.com/2011/11/05/peranan-pidato-dan-fungsi-bagi-bangsa-indonesia/), diunduh pada hari Kamis, 23 Mei 2013.
[5] Sukses Pidato, (http://cara-pidato.blogspot.com/2008/07/metode-pidato.html), diunduh pada hari Jum’at, 10 Mei 2013.
[6] Neng Hepi, Makalah
tentang Pidato, (http://nenghepi.blogspot.com/2011/08/makalah-tentang-pidato.html), diunduh pada hari Jum’at 10 Mei 2013.
[9] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Pekalongan:STAIN
Pekalongan Press, 2009), hlm. 70
[10] Miniatur Hidup, Persiapan
Pidato, (http://sugaraypark.blogspot.com/2012/10/persiapan-pidato.html), diunduh pada hari Kamis, 23 Mei 2013.
[11] Nursalim
AR, Pengantar Pengetahuan Berbahasa Indonesia Berbasis Kompetensi,
(Pekanbaru: Infinite, 2007), hlm. 113-115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar