Tugas
Terstruktur Dosen
Pengampu
Bahasa
Indonesia Rushan
DIKSI
Disusun
oleh:
Hadinurdina
(11215202508)
Haina
Mandiri (11215204439)
Novi
Andria Caesariani (11215200075)
Nurlena
(11215204245)
Nurul
Qomariah (11215200598)
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan
bahasa. Hal itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter
berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana
komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita
tidak bisa terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas.
Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi
dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi
dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah paham.
Pemilihan
kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata,
melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan
informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam
bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau
tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam
makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana penjelasan mengenai
diksi?
1.3. Batasan Masalah
1. Apa
pengertian dari diksi?
2. Apa
saja syarat-syarat ketepatan diksi?
3.
Bagaimana penggunaan diksi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan kata yang
tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Sedangkan menurut Wikipedia
pengertian diksi adalah sebagai berikut:
1. Diksi merupakan pemilihan kata dan
gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.
2. Diksi merupakan seni berbicara yang
jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami. Pengertian ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan
kata dan gaya.[1]
Diksi dapat pula diartikan pilihan kata dan kejelasan
lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam
karang mengarang (Kridalaksana, 1982: 35). Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata.
Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan
peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya.
Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata
mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang
tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan
kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.[2]
Dalam penulisan karya ilmiah harus dilakukan pemilihan kata.
Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara cepat, hasil dari proses atau tindakan pemilihan
kata disebut pilihan kata (Mustakim, 1995). Pemilihan kata merupakan aspek yang
sangat penting dalam kegiatan berbahasa, karena apabila pemilihan kata tidak
tepat, bahasa yang digunakan akan menjadi tidak efektif dan informasi yang di
sampaikan menjadi tidak jelas.
Pilihan kata dalam penulisan karya ilmiah harus mengutamakan bahasa
Indonesia. Penggunaan kata-kata bahasa asing, bahasa daerah, dan kata-kata yang
berupa dialek harus dihindarkan apabila kata-kata tersebut telah ada padanannya
dalam bahasa Indonesia. Jika tidak ada atau belum memasyarakat, penulisannya
adalah setelah kata atau istilah
tersebut kemudian diikuti kata atau istilah bahasa asing, bahasa daerah, atau
dialek sebagai padanan dan penulisannya dicetak
miring, untuk uraian
selanjutnya cukup digunakan padanannya.
Dalam pemilihan kata, hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan,
kecermatan dan keserasian. Ketepatan berkaitan dengan kemampuan memilih kata
untuk mengungkapkan gagasan secara tepat dan diterima oleh pembaca atau
pendengar secara tepat. Kecermatan berakaitan dengan kemampuan memilih kata
dengan cermat. Artinya, mampu memahami kata-kata yang mubazir atau kata-kata
yang kehadirannya tidak diperlukan. Keserasian berkaitan dengan kemampuan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks dan lazim dalam pemakaian
bahasa itu.[3]
Perbendaharaan kosa kata yang banyak akan memungkinkan penulis atau
pembicara lebih bebas memilih kata yang dianggapnya paling tepat mewakili
pemikirannya. Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau
pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Apakah bentuk yang
dipilih sudah cukup lengkap untuk mendukung maksud penulis, atau apakah masih
diperlukan penjelasan-penjelasan tambahan. Dengan demikian pula masalah makna
kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk mengikuti
perkembangan makna tiap kata dari waktu ke waktu, karena makna tiap kata dapat
mengalami pula perkembangan, sejalan dengan perkembangan waktu.
2.2. Syarat-Syarat Diksi
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah
kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca,
seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis. Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
·
Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Kata denotatif dan
konotatif dibedakan berdasarkan maknanya. Kata konotatif memiliki makna
tambahan atau nilai rasa. Kita dihadapkan pada dua kata yang mempunyai makna
mirip, kita harus menetapkan salah satu yang paling tepat untuk mencapai suatu
maksud. Kalau hanya pengertian dasar yang diinginkan, kita harus memilih kata
denotatif; kalau kita menghendaki reaksi emosional tertentu, kita mempergunakan
kata sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya.
·
Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis
harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan
apa yang diinginkannya sehingga tidak timbul salah interpretasi.
·
Bedakan kata khusus dan kata umum. Kata khusus lebih tepat
menggambarkan sesuatu daripada
kata umum.
·
Perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
·
Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
misalnya: inferensi (kesimpulan),dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat
(penuh), dan syarat (ketentuan)
·
Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat
sendiri jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menentukan
makna yang tepat dalam kamus, misalnya : modern
sering diartikan secara subjektif canggih
menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.
·
Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya
secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya
legalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
·
Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan susunan (pasangan) yang
benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya
sesuai dengan.
·
Menggunakan kata yang berubah
makna dengan cermat, misalnya: isu (
dalam bahasa Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu ( dalam bahasa Indonesia berati kabar yang tidak jelas asal usulnya, kabar
angin, desas -desus)
·
Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata
abstrak (kontekstual, misalnya:pendidikan,
wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata kongkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, dan berenang)[4]
2.3. Penggunaan Diksi
dalam Kalimat
a)
Makna Kata dan Relasi
Kata
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok,
yakni: masalah makna dan relasi makna. Makna sebuah kata atau sebuah kalimat
merupakan makna yg tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna kata
terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna yang lugas yang menyampaikan sesuatu secara
faktual. Makna denotatif tidak akan mengalami perubahan makna. Makna konotatif
adalah makna yang bukan sebenarnya, yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman. Contoh: Kata kurus
pada contoh di
atas bermakna konotatif netral, artinya tdk memiliki nilai rasa yg mengenakkan,
tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus
itu memiliki konotatif positif, nilai yg mengenakkan. Orang akan senang
bila dikatakan ramping.
2. Makna Umum
dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih
luas. Kata khusus adalah kata yang memiliki cakupan yang
lebih sempit atau khusus. Misalnya bunga termasuk kata umum, sedangkan
kata khusus dari bunga adalah mawar, melati , anggrek.
3. Makna
Leksikal dan makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna
yang sesuai dengan hasil observasi alat indera
atau makna yang
sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan.
Contoh: Kata nyamuk, makna
leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Makna Gramatikal adalah untuk
menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti
kata: meja yg bermakna “sebuah buku,” menjadi meja-meja yang
bermakna “‘ banyak meja.”
4. Makna
Peribahasa
Makna
pribahasa adalah makna yang bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka
lazim juga disebut dengan nama perumpamaan.
Contoh: Bagai,
bak, laksana dan umpama lazim digunakan dl peribahasa.
5. Makna Kias
dan Lugas
Makna kias
adalah kataataupun kalimat yang tidak mengandung
arti yang sebenarnya. Contoh: raja siang,
bermakna matahari.
6. Kata Konkrit
dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang dapat
diserap oleh panca indra. Misalnya meja, air, dan suara. Sedangkan kata abstrak
adalah kata yang sulit diserap oleh panca indra. Misalnya kemerdekaan,
kebebasan.
Adapun relasi makna terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
a. Kesamaan
Makna (Sinonim)
Sinonim
adalah dua kata atau lebih yang mempunyai
makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Contoh: mati dan wafat.
b. Kebalikan
Makna (Antonim)
Antonim
adalah dua kata atau lebih yang mempunyai makna yang berbeda atau dianggap
kebalikan dari makna. Contoh: kata luas berantonim dengan kata sempit.
c. Ketercakupan
Makna (Hiponim)
Hiponim adalah sebagai
ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh : kata tongkol
adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
d. Kelebihan
Makna (Redundansi)
Redundansi
dapat diartikan sebagai kalimat yang berlebih-lebihan yang sebenarnya tidak
perlu dicantumkan.Contoh : Buku dibawa Clara, maknanya tidak akan
berubah bila dikatakan buku dibawa oleh
Clara. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai suatu
yang redundansi, yang berlebih- lebihan, dan sebenarnya tidak perlu.
b)
Perubahan Makna
Macam-macam
perubahan makna:
1.
Perluasan arti
Yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatu proses
perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suatu makna
yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang
lebih umum.
2. Penyempitan arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang
dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna
yang baru.
3. Ameliorasi
Ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana
arti yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang
lama.
4. Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna sebagai
kebalikan dari ameliorasi. Dalam peyorasi arti yang baru dirasakan lebih rendah
nilainya dari arti yang lama.
c) Gaya Bahasa
Majas
atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis.
1) Klimaks
Gaya bahasa
klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic.
2) Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur
mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang
gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan
yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang
penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak
lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
3) Antithesis
adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan
yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
4) Repetisi
Adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai.
5) Erotesis atau pertanyaan retoris
Adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato
atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan
penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
6) Sinekdoke
Adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah
semacam bahasa figurative, yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk
menyatakan keseluruhan (pars pro toto)
atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).
7) Eufimisme
Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk menggantikan
kata-kata yang dirasakan menghina ataupun menyinggung perasaan.
Anak Anda memang tidak terlalu cepat
mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya. (=bodoh)
8) Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal.
Hatiku tercabik-cabik, ketika kau
mengakhiri hubungan kita.
9) Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal
secara implicit. Contohnya Banyak mahasiswa yang mencoba memperebutkan mawar
fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya itu. Pada kalimat di atas, kata mawar
digunakan untuk menyebut gadis. Ini berarti, keduanya diperbandingkan. Komponen
makna penyama: cantik/indah, segar, harum, berduri, cepat layu. Komponen makna
pembeda: untuk “gadis” adalah manusia, berjenis wanita, untuk “mawar” adalah
bagian dari tanaman.
10) Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang menampilkan binatang,
tanaman, atau benda sebagai manusia. Contoh: melambai-lambai nyiur di pantai.
11) Sarkasme
Sindiran langsung dan kasar.kata-kata pedas untuk
menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.
12) Metonimia
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang
menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
13) Litotes
Gaya bahasa yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Contohnya Rumah yang
buruk inilah yang merupakanhasilusaha kami bertahun-tahun lamanya.
14) Pleonasme
Disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan yang jika
dihilangkan, artinya tetap utuh. Contohnya Saya telah mendengar hal itu
dengan telinga saya sendiri. Ungkapan di atas adalah pleonasme karena semua
kata tersebut memiliki makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan
telinga saya,
d) Kata Sapaan
Kata
sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara
(orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga.
Berikut adalah beberapa contoh
kata yang dapat digunakan sebagai kata sapaan:
1. Nama diri seperti Toto, Nur.
2. Kata yag tergolong istilah
kekerabatan, seperti bapak, ibu, paman, bibi.
3. Gelar kepangkatan, profesi atau
jabatan, seperti kapten, professor, dokter.
4. Kata nama, seprti tuan, nyonya,
sayang.
5. Kata nama pelaku, seperti penonton,
peserta, atau hadirin.
6. Kata ganti persona kedua Anda.
Penggunaan kata sapaan itu sangat terikat pada adat
istiadat setempat, adat kesantunan serta situasi dan kondisi
percakapan. Itulah sebabnya, kaidah kebahasaan sering terkalahkan oleh adat
kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang.
Namun yang perlu diingat dalam hal ini adalah cara penulisan kata kekerabatan
yang digunakan sebagai kata sapaan, yakni ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
Contoh-contoh
Penggunaan Diksi
Kata - kata yang terkesan kurang optimal.
“Kita ? Elo aja kalee’, gua sih enggak!”
Maknanya: Jangan
berharap bisa bergabung dengan lawan bicara seperti ini apalagi kalau dia sudah
mengeluarkan pernyataan di atas.
Penggunaan diksi yang tepat
1. Kalimat yg akan disampaikan ringkas, artinya
tidak boros kata-kata
Contoh :
• Bukan: Menteri keuangan menyatakan akibat
dari langkah tersebut ialah akan meningkatnya kondisi keuangan sektor swasta
dan memberikan peningkatan terhadap kepercayaan bisnis dan masyarakat secara
umum.
• Tetapi: Menteri keuangan mengatakan,
langkah-langkah itu akan membantu keuangan sektor swasta
2. Tidak menggunakan pengulangan kata.
Contoh: Rencana yang akan datang, alasannya
karena, ramai berbondong-bondong, maju ke depan, mundur ke
belakang, peristiwa lalu yang telah dilewati dan sebagainya.
3. Tidak menggunakan anak kalimat
Dalam berbicara, kita jarang menggunakan anak
kalimat. Jika menemukan anak kalimat, pecahlah menjadi beberapa kalimat.
Semakin sederhana struktur kalimat, akan semakin baik.
Contoh:
• Bukan: Rumania yang gaungnya mulai tenggelam sejak
ditinggalkan Gheorge Hagi, siap mengalahkan tim manapun di Euro 2008 ini.
• Tetapi: Sejak ditinggalkan Gheorge Hagi, gaung
Rumania seperti tenggelam. Namun, Rumania tetap bertekad mengalahkan tim
manapun di Euro 2008 ini.
- Tidak mendahulukan kata kerja.
Contoh:
• Bukan: Menuntut presiden SBY membubarkan
Ahmadiyah, demonstran dlm gelombang besar berunjuk rasa di depan Istana Negara.
• Tetapi:
Demonstran berunjuk rasa di depan Istana Negara, menuntut pembubaran Ahmadiyah.
- Tidak menempatkan “kata kerja penting” di akhir kalimat, karena pembaca berita biasanya menurunkan suaraya di akhir kalimat. Jika hal ini terjadi, maka kata kunci akan menjadi hilang.
Contoh:
• Bukan: Demonstran berunjuk rasa di depan
Istana Negara, menuntut Ahmadiyah dibubarkan.
• Tetapi:
Demonstran berunjuk rasa di depan Istana Negara, menuntut pembubaran
Ahmadiyah.[5]
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparka
didepan, maka kami mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Diksi adalah pilihan kata yang
tepat untuk mengemukakan gagasan sehingga diperoleh efek yang diharapkan. Diksi
merupakan faktor yang penting dalam berkomunikasi, yang digunakan agar tidak
terjadi kesulitan dalam memahami informasi.
Diksi tidak hanya digunakan dalam
bahasa lisan saja namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik).
3.2. Saran
Harapan kami agar kita sebagai
mahasiswa serta masyarakat dapat memahami dan menerapkan diksi (pilihan kata)
dalam aktivitasnya. Dari makalah
yang telah penulis buat ini mudah-mudahan kita semua dapat memperbaiki
kesalahan-kesalan kita dalam penggunaan diksi, khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam makalah ini banyak
terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap kepada pembaca agar dapat
menyampaikan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini.
http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&q=pilihan+kata+dalam+ bahasa+indonesia&star=10,
di unduh pada hari Rabu 13 Maret 2013
[2] Keraf, Gorys, Diksi
dan Gaya Bahasa, (Jakarta : Gramedia, 1985)
[3] Tim
Penulis Bahasa Indonesia UNEJ, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, (Yogyakarta
: Penerbit ANDI, 2007), hal. 72-73
[4] Dr.
Hasnah Fauziah AR, S.Pd., M. Hum, Mata
Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia, (Pekanbaru : Cendikia Insani,
2008), hal. 32-33
[5] Keraf, Gorys, Diksi
dan Gaya Bahasa, (Jakarta : Gramedia, 1985)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar