TUGAS
TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU
Administrasi dan
Supervisi M. Nur
Ali, M.Pd
JENIS
DAN TEKNIK SUPERVISI
OLEH:
KELOMPOK 11
DWI PUTRI UTAMI : 11215204514
MILLA
EKA PUTRI : 11215201324
NOVI
ANDRIA CAESARIANI : 11215200075
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU
2014
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis Supervisi
Setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan di sekolah ataupun di
kantor-kantor memerlukan adanya supervisi agar pekerjaan itu dapat berjalan
dengan lancar dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jenis-jenis supervisi
dapat dibedakan menjadi:
1. Berdasarkan
banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh guru-guru dan karyawan pendidikan
a. Supervisi Umum dan Supervisi Pengajaran
Yang dimaksud dengan supervisi umum adalah
supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara
tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan keuangan sekolah atau kantor pendidikan, dan
sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi
pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan
pendidikan. Dengan demikian, apa yang telah dikemukakan di dalam uraian
terdahulu tentang pengertian supervisi beserta defenisi-definisinya digolongkan
ke dalam supervisi pengajaran.[2]
b. Supervisi Klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari
supervisi pengajaran. Dikatakan supervisiklinis karena prosedur pelaksanannya
lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di
dalam proses belajar-mengajar, dan kemudia secara langsung pula diusahakan cara
bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Ibarat seorang
dokter yang akan mengobati pasiennya, mula-mula dicari dulu sebab-sebab dan
jenis penyakitnya dengan jalan menanyakan kepada pasien, apa yang dirasakannya,
di bagian mana dan bagaimana rasanya, dan sebagainya. Setelah diketahui dengan
jelas apa penyakitnya, kemudian sang dokter memberikan saran atau pendapat
bagaimana sebaiknya agar penyakit itu tidak semakin parah, dan pada wakti itu
juga dokter mencoba memberikan resep obatnya. Tentu
saja prosedur supervisi klinis tidak persis sama dengan prosedur pengobatan yang dilakukan oleh dokter.
Di dalam supervisi klinis cara “memberikan
obatnya” dilakukan setelah supervisor mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap cara guru mengajar, dengan mengadakan “diskusi balikan” antara
supervisor dan guru yang bersangkutan. Yang dimaksud diskusi balikan disini
adalah diskusi yang dilakukan secara setelah guru selesai mengajar, dan
bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan maupun kelemahan yang
terdapat selama guru mengajar serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya. Untuk
lebih jelasnya marilah kita bicarakan dahulu apa yang dimaksud dengan supervisi
klinis itu.
Richard Waller memberikan defenisi tentang
supervisi klinis sebagai berikut:
“Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada
perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang inensif terhadap
penampilan menagajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang
rasional.” (Clinical supurvision may be defened as supervision focused upon the
improvement of instruction by means of sistematic cycles of planning,
observation and intensive intelectual analysis of actual teaching performances
i the intererest of rational modification).[3]
Keith
Acheson dan Meredith D.Gall mengumukakan bahwa:
Supervisi
klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidak sesuaian (kesdenjangan)
antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang
ideal.
Secara teknik mereka menyatakan bahwa sipervisi klinis
adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu (1) pertemuan
perencanaan, (2) observasi kelas, dan (3) pertemuan balik.
Jadi menurut devinisi diatas dapat disimpulkan
bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk
membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan
mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif
sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.[4]
c. Pengawasan Melekat dan pengawasan fungsional
Istilah “pengawasan melekat” di turunkan dari
bahasa asing bluit in controle yang berarti suatu pengawasan yang memang
sudah dengan sendirinya (melekat) menjadi tugas dan tanggung jawab semua
pemimpin, dari pimpinan tingkat atas sampai dengan pimpinan tingkat paling
bawah dari semua organisasi atau lembaga. Dengan kata lain, semua orang yang
menjadi pimpinan, apapun tingkatannya, adalah sekaligus sebagai pengawas
terhadap bawahannya masing-masing. Oleh karena setiap pemimpin adalah juga
sebagai pengawas, maka pengawasan yang di lakukan itu disebut “pengawasan
melekat”.
Tujuan pengawasan melekat adalah untuk mengetahui
apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian
yang melekat padanya dengan baik, sehingga bila ada penyelewengan, pemborosan,
korupsi, pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi sedini mungkin.[5]
2. Jenis-jenis supervisi yang perlu diketahui oleh setiap
pengawas PAI
Dalam bagian ini di kemukakan beberapa jenis pengawasan yang perlu
diketahui oleh setiap pengawas PAI, yaitu pengawasan melekat, pengawasan
fungsional, pengawasan eksternal dan internal, pengawasan langsung dan tidak
langsung, pengawasan formal dan informal, dsb.[8]
a. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat ialah salah satu kegiatan
administrasi dan manajemen yang di lakukan oleh pemimpin satuan kerja dari
berbagai level untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan ketidak sesuaian
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja sesuai dengan
kebijaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta rencana dan
tujuan yang telah ditetapkan.[9]
b. Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional adalah pengawsan yang
dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus utuk membantu pimpinan (manajer)
dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi
tanggung jawabnya.
c.
Pengwasan Eksternal
Secara harfiah pengawasan
eksteren berarti pengawasan dari luar dalam pengawasan eksternal, subjek
pengawasan yaitu si pengawas berada di luar susunan organisasi objek yang
diawasi.
d.
Pengawasan Internal
Pengawasan internal
merupakan kebalikan dari pengawasan eksternal.
e.
Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung
adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatanya dan melakukan
pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap objek yang diawasi. Apabila
yang diawasi adalah pelaksanaan tugas guru, maka pengawasan langsung itu dapat
berupa kunjungan kelas atau observasi kelas.
f.
Pengawasan Tidak Langsung
Pengawasan tidak
langsung dilakukan dari jarak jauh atau dari belakang meja caranya adalah
dengan mempelajari dan menganalisis berbagai dokumen yang berkaitan dengan
objek yang diawasi.
g.
Pengawasan Formal
Pengawasan formal
adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi atau pejabat yang berwenang
berwenang (secara formal) untuk melakukan pengawasan baik yang bersifat
internal, maupun eksternal.
h.
Pengawasan Informal
Pengawasan informal
ialah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung. Pengawasan seperti ini sering disebut pengawasan masyarakat atau social
control.[10]
3. Jenis Pengawasan Secara Umum
a. Pengawasan Melekat
Yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung yang memiliki kekuasaan (power) dilakukan terus menerus secara preventif dan represif agar tugas yang
di emban bawahan dapat terlaksana secara efektif dan efisien terhindar dari
penyinpangan-penyinpangan.[11]
b. Pengawsan Fungsional
Yaitu pengawasan yang
dilaksanakan oleh pihak tertentu yang memahami substansi kerja objek yang
diawasi dan ditunjuk khusus (exclusively
assigned) untuk melakukan audit
secara independen terhadap objek yang diawasi.[12]
c. Pengawasan Masyarakat
Yaitu pengawasan yang
dilakukan masyarakat kepala negara sebagai bentuk social control terhadap penyelenggaraan pemerintah dan
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan dalam pemerintah.
d. Pengawasan Legislatif
Yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh DPR/DPRD sebagai lembaga negara yang bertugas mengawasi tindakan
pemerintahan.
Dalam dunia pendidikan, pengawasan
mencakup dua kategori yaitu (1) pengawasan yang dilakukan setiap unit manajemen
sebagai langkah procedural suatu manajemen program.(2) Pengawasan yang
dilakukan oleh pengawasan sekolah sebagai pengawas fungsional dengan menerapkan
konsep supervisi yaitu untuk melaksanakan pembinaan terhadap personil sekolah
agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara profisional, dan dapat
mengembangkan diri secara optimal.[13]
B. Teknik-teknik Supervisi
1. Teknik-teknik yang Bersifat Kelompok
Yang dimaksud dengan teknik-teknik yang
bersifat kelompok ialah, teknik- teknik yang digunakan itu dilaksanakan
bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
a. Rapat Guru
Teknik supervisi rapat guru bermaksud membicarakan sesuatu melalui rapat
dengan guru yang bertalian dengan proses pembelajaran. Sebagaimana biasanya,
rapat guru dipimpin oleh kepala sekolah, tetapi kepala sekolah bukan sebagai
administrator atau manajer, melainkan sebagai supervisor. Jadi pada setiap
rapat guru yang membahas hal-hal yang bertalian dengan pendidikan, pengajaran
atau pembelajaran yang di pimpin oleh kepala sekolah selaku supervisor, pada
hakikatnya adalah proses supervisi.[14]
Ada beberapa macam rapat yang diadakan di sekolah. Ada rapat dewan guru,
rapat guru-guru, dan rapat personalia sekolah. Jika ditinjau dari sudut waktu,
dibedakan menjadi berikut:
1)
Rapat yang diadakan pada waktu tertentu, misalnya:
a)
Rapat permulaan tahun ajaran baru
b)
Rapat akhir tahun ajaran
c)
Rapat mingguan, bulanan, dan rapat kenaikan kelas
2)
Rapat yang diadakan sewaktu-waktu,misalnya karena ada kejadian atau
keperluan, guru-guru secara kilat diundang untuk berunding.
3)
Rapat dalam keadaan darurat, diadakan karena keadaan mendesak. Rapat
darurat diadakan secara tiba-tiba.
Jika ditinjau dari sudut
masalah yang dirapatkan, rapat dapat dibedakan atas hal
berikut:
1)
Rapat organisasi dan administrasi
Organisasi yang lancar dan
teratur merupakan faktor penting bagi ketentraman situasi belajar mengajar dan
peningkatan mutunya. Rapat khusus dapat diadakan untuk membicarakan
masalah-masalah organisasi dan administrasi yang penting.
2)
Rapat masalah sosial
Sekolah berada di
tengah-tengah masyarakat. Sekolah adalah sebagian dari masyarakat.
Kadang-kadang ada persoalan yang bertalian dengan hubungan antara sekolah dan
masyarakat. Untuk memecahkan masalah itu, rapat tentang masalah sosial
diadakan. Dalam rapat tersebut diikutsertakan juga tokoh-tokoh masyarakat.
3)
Rapat kurikulum
Disekolah modern, rapat
kurikulum penting diikuti bukan saja oleh personalia sekolah, melainkan juga
oleh wakil murid, orang tua, dan beberapa tokoh masyarakat. Rapat sekolah yang
direncanakan dengan baik pasti akan membantu kelancaran rencana pendidikan di
sekolah itu. Jika rapat tersebut tidak direncanakan semasak-masaknya, tentu
rapat tersebut tidak disambut dengan baik oleh guru-guru.
Tujuan-tujuan Umum Rapat Guru
1)
Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep
umum, makna pendidikan dan fungsi sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan
itu dimana mereka bertanggung jawab bersama-sama.
2)
Mendorong guru untuk menerima dan melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik dan mendorong pertumbuhan mereka.
3)
Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan
membawa mereka bersama ke arah pencapaian tujuan pengajaran yang maksimal di
sekolah tersebut.
b. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah
pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara
kelompok. Hal–hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop
antara lain: 1) Masalah yang dibahas bersifat “Life centered” dan muncul dari guru tersebut, 2) Selalu menggunakan secara
maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan
profesi yang lebih tinggi dan lebih baik.
Workshop adalah salah satu teknik supervisi yang memberi kesempatan kepada
para peserta untuk memikirkan masalah mereka, dibantu oleh nara sumber atau
resource people, sambil berusaha memecahkannya. Salah satu fungsi dari workshop
adalah memperbesar, memperkuat, serta mempertimbangkan keterampilan peserta
dalam kerja kelompok.
Suatu hal yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan workshop ialah
evaluasi. Secara teratur, evaluasi dilakukan oleh panitia khusus sejak workshop
dimulai sampai dengan penutupannya. Bermacam-macam cara dapat dipakai. Biasanya
dipergunakan self evaluation checklist.
c. Seminar
Secara terminology seminar adalah sebuah kegiatan yang di buat untuk
penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang pakar atau peneliti yang dipresentasekan
kepada peserta agar dapat mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah
antara sumber dengan peserta.
Seminar tentunya haruslah direncanakan baik waktu,
tempat, peserta dan juga menentukan pengarah dan sumber dari hasil karya ilmiah
agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan seminar yang akan
dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui tujuan seminar pendidikan adalah untuk
mengkoreksi kembali hasil dari sebuah karya ilmiah untuk mengambil keputusan
bersama demi kesempurnaan hasil. Adapun yang terlibat dalam seminar adalah :
1)
Ruang seminar
2)
Pengarah
3)
Peserta
4)
Moderator
5)
Notulen.
6)
Jalannya seminar
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik:
1)
Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada
seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator untuk
memperhatikan ini.
2)
Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan
yang sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain
yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang
memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan yang seperti demikian.
3)
Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan
jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas,
moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang pengujar untuk
memperjelasnya.
4)
Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap
pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak
meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab.
5)
Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan
kepada pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah
seminar dapat memberikan manfaat lebih.
6)
Bila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan
arti yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan itu dan
membuat kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai sebelum melanjutkan
seminar.
7)
Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar,
seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan.
8)
Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide.
Ia bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus kritis namun
menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang
memiliki posisi yang sama.
9)
Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan
sebuah kesimpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya
masing-masing. Yang terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka telah
melihat ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
d. Penataran
Teknik
supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak
dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran
tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan.
Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan
membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar
dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Upaya Pemerintah terhadap
tenaga guru sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia,
melalui berbagai bentuk kebijakan. Pemerintah telah menetetapkan Undang Undang
nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen merupakan dasar kebijakan untuk memperkuat
eksistensi tenaga kependidikan sebagai tenaga profesional, seperti
profesi-profesi yang lainnya.
e. Diskusi Kelompok
Diskusi adalah pertukaran
pendapat tentang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi merupakan
cara untuk mengembangkan keterampilan anggota-anggotannya dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran.
f. Kepanitiaan
Suatu kegiatan bersama
biasanya perlu diorganisasikan. Untuk mengorganisasikan suatu tugas bersama,
ditunjuk beberapa orang penanggungjawab pelaksana. Para pelaksana yang dibentuk
untuk melaksanakan sesuatu tugas kita sebut panitia penyelenggara. Panitia ini
dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, banyak
mendapat pengalaman-pengalaman kerja. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
tersebut guru-guru dapat bertambah dan bertumbuh dalam profesi mengajarnya.
g. Demonstrasi
Demostrasi dikatakan
sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu member
penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang pengarana yang baik setelah
seorang guru yang baik memberikan penjelasaan kepada guru-guru yang dikunjungi
sebelumnya.
Demostrasi mengajar yang
baik bukan “berhasil atau tidak”, hal itu harus direncanakan dengan teliti dan
mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan suatu kesempatan kepada guru-guru
untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau yang berbeda.
Dalam metode ini terdapat
beberapa kekurangan, yang terpetakan sebagai berikut:
1) Perkembangan mengajar itu
berpusat pada pusat minat atau suatu kegiatan, yang membutuhkan waktu yang lama
untuk demostrasi mengajar
2) Ketidakmampuan beberapa
supervisor untuk mengadakan demostrasi mengajar
3) Banyak guru tidak mampu
mengadakan demostrasi atau membantu supervisor mengadakan demonstrasi mengajar
2. Teknik-teknik yang Bersifat Individual
a.
Perkunjungan Kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud kunjungan
kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh
pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang
berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun
ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru tidak sedang
mengajar.[15]
Perkunjungan ke kelas
bertujuan memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar.
Dengan data itu supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang
kesulitan yang dihadapi guru-guru. Karena sifatnya mengadakan
peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dlihat sementara guru mengajar, maka
sering disebut observasi kelas.
Perkunjungan kelas ini
berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar
guru dan cara belajar siswa. Perkunjungan ini dapat memberi kesempatan
guru-guru untuk mengungkap pengalamanya sekaligus sebagai usaha untuk
memberikan rasa mampu pada guru-guru.
Dalam teknis pelaksanaan
kunjungan kelas tersebut dapat dibedakan antara kunjungan lengkap dengan
kunjungan spesifik. Kunjungan lengkap ialah kunjungan yang dilakukan untuk
mengobservasi seluruh aspek belajar-mengajar, misalnya persiapan belajar guru,
sarana atau alat pelajaran, keterlibatan siswa, tujuan yang dicapai, materi,
metode, dan sebagainya. Sedangkan kunjungan spesifik ialah kunjungan yang
dilakukan untuk mengobservasi suatu aspek tertentu; misalnya mengobservasi
metode pengajaran saja, atau penilaian guru terhadap hasil belajar siswa saja
dan seterusnya.[16]
Ada tiga macam
perkunjungan kelas
1)
Perkunjungan tanpa diberi tahu (unannounced visitation). Supervisor
tiba-tiba datang kesekolah tanpa diberitahu dahulu.
Segi positifnya:
Ia dapat melihat keadaan yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti
ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Segi negatifnya:
Guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi supervisor. Tentu timbul
prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian
guru-guru yang tidak senang bila tiba-tiba dikunjungi tanpa diberitahu lebih
dahulu.
2)
Perkunjungan dengan cara memberitahu lebih dahulu (announced visitation).
Biasanya supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru
tahu hari dan jamberpa ia akan dikunjungi supervisior.
Segi positifnya:
Bagi supervisor perkunjungan direncanakan ini sangat tepat dan ia punya
konsep pengembangan yang kontinu dan terencana. Guru-guru dapat mempersiapkan
diri sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa perkunjungan tersebut akan membantu
dia untuk dinilai.
Segi negatifnya:
Guru dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan timbul
hal0hal yang dibuat-buat dan serba berlebihan.
3)
Perkunjungan atas undangan guru (visit upon invitaiton).
Perkunjungan ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru punya usaha dan motivasi
untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan
pengalaman baru dari perjumpaanya dengan supervisior.
Segi postifnya:
bagi supervisor, ia sendiri dapat belajar berbagai pengalaman dalam
berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan
bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Segi negatifnya:
ada kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk
menonjolkan diri, padahal waktu-waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu.
b. Observasi Kelas
Yang dimaksud dengan
observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas
atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau
peristiwa yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan.[17] Melalui
perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar
yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas:
1)
Observasi langsung (direct observation)
Supervisor mencatat absen
yang dilihat pada saat guru mengajar.
2)
Observasi tidak langsung (indirect observation)
Orang yang diobservasi
dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya.
Observasi bertujuan untuk:
1)
Memperoleh data yang
seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk
menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha
memperbaiki hal belajar-mengajar.
2)
Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan membantu untuk mengubah
cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
3)
Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif
terhadap kemajuan belajar mereka.
Sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai maka supervisor harus mengetahui dengan jelas apa yang harus
diobservasi. Hal-hal yang perlu
diobservasi antara lain:
1)
Usaha serta kegiatan guru dan murid.
2)
Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan
bahan dan alat pelajaran.
3)
Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalaman belajar.
4)
Lingkup sosial, fisik sekolah, baik didalam maupun di luar ruang kelas dan
faktor-faktor penunjang lainnya.
Syarat-syarat untuk
memperoleh data dalam observasi tergantung dari sikap dan
cara si pengamat itu sendiru sewaktu mengadakan observasi antara lain:
1)
Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil tempat didalam
kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anka-anak, tidak mencampuri guru yang
sedang mengajar, sikap dalam waktu mencatat tidak menimbulkan prasangka dari
pihak guru.
2)
Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang
penting.
3)
Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
4)
Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.
Segala sesuatu yang
dikumpulkan dan dicatat haruslah:
1)
Bersifat objektif – maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang dicatat
adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
2)
Apa yang dicatat harus kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Sering
terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang yang dilihatnya
tetapi apa yang dipikirkannya.
Untuk memperoleh data
tentang situasi belajar mengajar, digunakan beberapa alat antara lain:
1)
Check – list
Check – list adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi
keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar
didalam kelas. Bentuk dari check-list tersebut merupakan suatu daftar
yang berisi item-item yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab
hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
Check-list dapt dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:
a)
Evaluative Check-list
b)
Activity check-list
c. Percakapan Pribadi
Individual conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru.
Dalam percakapan itu kedua-duanya berusaha berjumpa dengan pengertian tentang
mengajar yang baik. Tujuan percakapan pribadi:
1)
Untuk memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan-pemecahan
kesulitan yang dihadapi.
2)
Memumpuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
3)
Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering
dialami oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah.
4)
Menghilangkan dan menghindari prasangka yang bukan-bukan.
Menurut George Kyte, ada
dua jenis percakapan melalui perkunjungan kelas:
1)
Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (formal)
setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas, sewaktu guru kelas
melaksanakan tugas mengajar, dimana supervisor membuat catatan-catatan tentang
segenap aktivitas guru mengajar. Kemudian atas pemufakatan bersama-sama akan
mengadakan individual conference untuk membicarakan hasil kunjungan
tersebut.
2)
percakapan pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari (informal)
Dalam percakapan atau ramah-tamah sehari-hari dikemukakan sesuai problema
kepada supervisor atau sebaliknya. Misalnya sebelum mengajar, waktu istirahat,
atau sesudah mengajar.
Persiapan percakapan
pribadi dalam rangka observasi
Hal-hal yang perlu direncanakan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya
percakapan tersebut antara lain:
1)
Persiapan untuk observasi
2)
Membuat catatan-catatan observasi
3)
Mengadakan interview
4)
Menganalisi hasil observasi
5)
Menentukan waktu, tempat, serta lamanya percakapan
Pelaksanaan percakapan
pribadi
Langkah pertama percakapan
pribadi adalah membicarakan tentang segala sesuatu yang penting dalam catatan
tersebut sudah tentu bahan-bahan observasi itu harus dianalisis supervisor
lebih dahulu sebelum percakapan dimulai. Dalam hubungan ini Kyte mengemukakakan
tiga unsur penting yang perlu diperhitungkan supervisor. Ketiga unsur itu oleh
Kyte disebut:
1)
Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran (strong point of lesson).
Membicarakan atau mengemumkankan segala apa yang dilaksanakan guru dengan
baik sewaktu mengajar dikelas. Hal ini perlu, sebab mempunyai pengaruh besar
sekali untuk menciptakan suasana percakapan yang dikehendaki; guru akan merasa
bangga, merasa diakui dan dihargai. Dan pengaruh selanjutnya akan timbul usaha
kearah yang lebih baik.
2)
Kekurangan-kekurangan dari pelajaran (weak point of the lesson).
Membicarakan tentang segala kelemahan guru dalam mengajar dikelas. Dalam
hal ini sangat diharapkan sikap kreatif tentang cara bagaimana supervisor
mendekati masalah yang dihadapi guru, tanpa mengemukakan kelemahan-kelemahan
guru tersebut, sebaiknya secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharunya
memperbaiki kekurangan tersebut.
3)
Hal-hal yang masih diraguakan (doubtful point not clearly understood).
Membicarakan sesuatu yang masih merupakan suatu keraguan atau kurang
dimengerti dengan baik oleh gurudan supervisor.
d. Saling Mengunjungi Kelas
(Intervisitation)
Dalam melaksanakan supervisi, seorang supervisor
menganjurkan guru untuk mengadakan intervisitation. Alangkah baiknya jika
mereka itu saling mengunjugi satu sama lain. Tujuan diadakannya intervisitation
ialah supaya di antara guu yang mengajarkan mata pelajaran yang sama dapat
mengetahui apakah masalah yang dihadapinya dalam mengajarkan mata pelajaran itu
sama dengan masalah yang dihadapi dengan rekannya. Dengan demikian, mereka akan
membicarakannya bersama dan berusaha memecahkanya.[18]
e. Menilai Diri-sendiri
Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru ialah
melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pengajaran. Untuk
mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga penilaian
terhadap diri sendiri merupakan tekhnik yang dapat membantu guru dalam
petumbuhannya.[19]
Tipe dari alat ini yang dapat dipergunakan antara lain
dapat berupa:
1) Suatu daftar pandangan/pendapat yang disampaikan kepada murid-murid
untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk
bertanya baik secara terbuka dan tidak perlu memakai nama.
2) mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan
(record) baik mereka secar perseorangan maupun secara berkelompok.
Contoh Self Evaluation
No
|
Kegiatan- Kegiatan Guru selama
mengajar
|
Ya
|
Tidak
|
A
|
Selama belajar saya melaksanakan :
Ø Mengajukan
pertanyaan yang tepat.
Ø Mengajukan
pertanyaan pikiran
Ø Mengajukan
pertanyaan tentang fakta-fakta
Ø Memancing
pertanyaan dari murid
Ø Mengajukan
pertanyaan dari buku pelajaran
Ø Mengembalikan
pertanyaan kepada murid-murid
Ø Menjelaskan
dan membaca dari buku
|
||
B
|
Ø Memberi tugas
pada permulaan pelajaran
Ø Memberi tugas
selama pelajaran berlangsung
Ø Memberi tugas
pada akhir pelajaran
|
||
C
|
Ø Melatih murid
selama pelajaran berlangsung
Ø Melatih murid
sebelum pelajaran berlangsung
Ø Melatih murid
secara berkelompok
Ø Melatih murid
secara individual
|
||
D
|
Ø Menulis di
papan tulis sebelum pelajaran dimulai
Ø Menjelaskan
dan kemudian menulis materi di papan kelas.
Ø Membuat
bagian di papan tulis.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006.
Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen
Agama RI. 2003. Pedoman
Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama. (Jakarta:Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Engkoswara
dan Aan Komariah. 2010. Administrasi Pendidikan. (Bandung:
Alfabeta)
Pidarta, Made. 2009. Supervisi
Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta
Sahertian, Piet A.
1981. Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Shofiyyatun bint Sarju. http://shofiyya92.blogspot.com/2014/06/jenis-jenis-supervisi.html
Tim
Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2000. Pedoman Pengembangan Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI.
[1] Piet A. Sahertian. Konsep
Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya
Manusia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 52.
[2]
M. Ngalim Purwanto. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Cetakan ke-21, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 89.
[9]
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Agama, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam, 2003), hlm. 22
[14]
Made Pidarta, Supervisi
Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 171
[15]
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 54-55
[16]
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
2000. Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta: Departemen Agama RI. Hal. 47
[17] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm.
55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar