BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling
berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga
disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan
ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam
satu paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah
kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat
penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat
membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu
seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.[1]
Paragraf adalah suatu penuangan ide penulis melalui kalimat atau
kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki
satu topik atau satu tema.
Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena adanya isi
pikiran yang hendak disaampaikan, maka alenia memtuhkan susunan yang khas.[2]
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni:
1. Kalimat Pokok
Biasanya
diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah
maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau
gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya
akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat
penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat
penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian
dari kalimat pokok suatu paragraf.
Untuk
dapat menyusun paragraf dengan baik, ada beberapa langkah yang harus ditempuh
yaitu:
a. Menentukan kalimat topik
b. Menentukan kalimat penjelas
c. Menentukan kalimat-kalimat pengembang
d. Menentukan kalimat kesimpulan
Ciri-ciri paragraf yang baik antara lain:[3]
1)
Paragraf
dibangun atas beberapa kalimat
2)
Berisi
makna pesan, pikiran dan ide pokok yang relevan yang sesuai dengan isi paragraf
secara keseluruhan
3)
Dalam
setiap paragraf hanya ada satu pokok pikiran
4)
Paragraf
adalah satu kesamaan ekspresi pikiran
5)
Paragraf
adalah kesatuan yang koheren dan padu
6)
Kalimat-kalimat
dalam paragraf disusun secara logis dan sistematis
B. Jenis Paragraf
1.
Berdasarkan
Letak Kalimat Utama
Letak
kalimat utama pada paragraf mempengaruhi nama dan jenis paragraf. Berdasarkan
letak kalimat utamanya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga jenis.[4]
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan
dari umum ke khusus. Bagian umum pada paragraf ini adalah ide pokok, sedang
bagian khusu adalah ide penjelasnya. Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
ide pokok dalam kalimat topik kemudian diikuti dengan ide atau pikiran penjelas
yang berfungsi untuk menerangkan, menjabarkan, merinci, menjelaskan ide pokok dalam
satu atau beberapa buah kalimat penjelas.
Contoh:
Kemauannya sulit untuk
diikuti. Dalam rapat
sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta
sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk
membuka usaha baru.
b. Paragraf
Induktif
Paragraf induktif berupakan kebalikan dari paragraf
deduktif, yaitu paragraf yang
dikembangkan dari khusus ke umum. Pengembangan paragraf ini dimulai dengan mengemukakan satu atau
beberapa ide penjelas dalam kalimat penjelas yang selanjutnya diikuti dengan
ide pokok dalam kalimat topik sebagai simpulan umum dari beberapa buah idea tau
pikiran penjelas sebelumnya.
Contoh :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.
Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar.
Informasi tersendat-sendat. Memang
bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.
c. Paragraf Campuran
Sesuai namanya,
paragraf campuran merupakan gabungan dari paragraf deduktif dan induktif.
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan ide pokok dalam kalimat topik kemudian
diikuti dengan satu atau beberapa ide penjelas dalam kalimat-kalimat penjelas.
Di akhir paragraf dikemukakan lagi ide pokok paragraf baik dengan kalimat yang
sama maupun kalimat yang berbeda namun memiliki persamaan makna. Kalimat topik
yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak
akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
Pada paragraf di atas tampak ide pokok paragraf tersebut ada pada
kalimat pertama dan terakhir, meskipun berbeda bahasanya namun memiliki makna
yang sama. Ide pokok pada paragraf pertama dan terakhir ini dijelaskan oleh ide
penjelas yang terdapat pada kalimat kedua.
2.
Berdasarkan
Sifat dan Tujuannya[5]
Keraf
(1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan
tujuannya sebagai berikut.
a. Paragraf Pembuka
Tiap jenis
karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu,
atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari
paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup
menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang
pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan
meimbulkan kebosanan pembaca.
b. Paragraf Penghubung
Yang
dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di
antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti
persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini.
Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar
hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan
disusun secara logis.
Sifat
paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam
karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis,
paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis.
Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan
sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf
yang menekankan pendapat pengarang.
c. Paragraf Penutup
Paragraf
penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian
karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa
yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema
dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak
terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu
kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat
menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
3.
Berdasarkan
Teknik Pemaparannya
a.
Deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga
paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di
depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya
dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri kekanan. Dengan kata lain,
deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.
Ciri-ciri paragraf deskriptif:
1)
Menggambarkan atau melukiskan
sesuatu.
2)
Penggambaran tersebut dilakukan
sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
3)
Membuat pembaca atau pendengar
merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
4)
Menjelaskan ciri-ciri objek seperti
warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Contoh:
Pasar tanah abang adalah sebuah
pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan
berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain
yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung
kecil penjual sayur dan bahan dapur. Disamping kiri ada pula berjenis-jenis
buah-buahan pada bagian belakang kita dapat berpuluh-puluh pedagang daging.
Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.
b.
Ekspositoris
Dengan teknik pemaparan ekspositoris,
akan dapat dihasilkan paragraf jurnalistik ekspositoris yang baik. Paragraf
jurnalistik ini sering disebut paragraf jurnalistik paparan. Adapun tujuannya
adalah untuk memaparkan objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya
tertuju pada satu unsur dari objek itu saja.
Contoh:
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang
kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar.
Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini
dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah
Abang.
c.
Argumentatif
Dengan teknik pemaparan paragraf
ini, akan dapat dihasilkan paragraf jurnalistik argumentatif atau alinea
persuasif yang baik. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini
lebih brsifat membujuk atau menyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek.
Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis atau paparan seperti
ekspositoris.[6]
Contoh:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak
Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua
mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak
sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu,
cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua.
Amankan? kalo memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya
sehingga ia tetap nyaman di naiki?
d.
Naratif
Paragraf naratif berkaitan erat
dengan ihwal penceritaan atau pendongengan sesuatu. Paragraf jurnalistik ini
banyak ditemukan dalam cerita-cerita pendek dan cerita-cerita bersambung di
surat kabar. Adapun tujuan yang lebih utama adalah untuk menghibur pembaca.
Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi haya kita temukan
dalam novel, cerpen, atau hikayat dan surat kabar.
Contoh:
Malam itu ayah kelihatan benar-benar
marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairun. Bahkan ayah mengatakan
bahwa aku akan dia antar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Selamat
yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.[7]
C.
Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf dianggap
bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya apabila paragraf
itu lengkap, artinya mngandung pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas. Di samping itu sama halnya dengan kalimat,
paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu.(Keraf, 1980:67). Adapun syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud dengan
kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan
dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu.[8]
Kesatuan di sini tidak
boleh diartikan bahwa saja hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang
mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian,
tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud
tunggal. Maksud tungggal
itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu (Keraf, 1980:67).
Jadi kesatuan atau unity
di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan berarti
kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung
pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
Contoh:
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk
sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka
adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu
pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang
terganggu oleh keadaan ekonomi.
2. Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus
dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung
koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara
kalimat-kalimat yang membina paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami
tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa
merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan
sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran
yang membingungkan (Keraf, 1980:75).
Kepaduan bergantung dari penyusunan detil-detil dan gagasan-gagasan sekian
macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian
tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah
hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri lepas dari
yang lain, masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang
integral.
Pendeknya sebuah
paragraf ang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn
loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan
urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya
dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berorientasi kepada pokok
uatama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat
yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan
timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat
kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya.
Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunci atau disebut repetisi
b. Penggantian kata/kelompok kata atau subtitusi
c. Pengulangan kata/kelompok kata atau transisi
d. Hubungan implisit atau penghilangan kata/kelompok kata tertentu atau
ellipsis
Berikut ini dikemukakan kata-kata atau frase transisi, seperti dikemukakan
oleh Keraf (1980:80-81).[9]
1) Hubungan yang menyatakan tambah terhadap sesuatu yang telah disebut,
misalnya: lebih lagi, tambahan, lagi pula, selanjutnya, di damping itu,
akhirnya, dan sebagainya.
2) Hubungan yang menyatakan pertentangan, misalnya: tetapi, namun,
bagaimanapun juga, sebaliknya, walaupun, demikian, biarpun, meskipun.
3) Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: sama halnya, seperti,
dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
4) Hubungan yang menyatakan akibat, misalnya; sebab itu, oleh sebab itu, oleh
karena itu, jadi, maka, akibatnya, karena itu.
5) Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: untuk maksud itu, untuk maksud
tertentu, untuk maksud tersebut, supaya.
6) Hubungan yang menyatakan singkatan, misalnya contoh intensifikasi:
singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, dengan kata
lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.
7) Hubungan yang menyatkn waktu, misalnya: sementara itu, segera, beberapa
saat kemudian, sesudah, kemudian.
8) Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di situ, dekat, di
seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.
Contoh:
Perkuliahan bahasa Indonesia sering dapat membosankan, sehingga tidak dapat
perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bahwa kuliah
yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui
mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di
samping itu mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka
duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa
Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa
Indonesia. Akibatnya memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan
diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar.
3. Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oelh
sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah
dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf.
Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar
menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf
serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil
penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut
secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat,
akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh
dan dnegan detail fakta.
D. Kesatuan Paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya
satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf
perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari
ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran
paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang
menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah
ini.
Jateng sukses, Kata-kata ini
meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final
Kejurnas TinjuAmatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota
Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Propinsi Jateng.
Pernyataan itu dianggap wajar karena yang diimpi-impikan selama ini dapat
terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu.
Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng.
Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pemah diraih oleh
Jateng dalam arena seperti itu.
Dalam paragraf itu kalimat ketiga
tidak menunjukkan keutuhan paragraf. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus
dikeluarkan dari paragraf.[10]
[1]
Wiki Buku (http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Paragraf),
diunduh hari Minggu tanggal 09 Juni 2013.
[2]
Hasnah Faizah. Matakuliah Dasar Umum Bahasa indonesia. (Pekanbaru:
Cendikia Insani, 2008), hlm.85
[3]
Kamus Q (http://kamusq.blogspot.com2012/04/paragraf-dan-jenis-jenis-paragraf.html),
diunduh hari Senin, tanggal 10 Juni 2013
[4]
Pendidikan bahasa dan Sastra (http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/08/jenis-paragraf-berdasarkan-letak.html),
diunduh pada hari Minggu, tanggal 09 Juni 2013
[5]
Karangan Dhesy (http://karangan-dhesy.blogspot.com/2008/05/jenis-paragraf.html),
di unduh pada hari Senin, 10 Juni 2013
[6]
R. Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 155
[7]
Suparman Herusantosa, Pengembangan
Kalimat dan Paragraf, (Bali: Proyek Penulisan Bahasa, 1987) hlm. 65
[8]
Nursalim, Pengantar
Kemampuan Berbahasa Indonesia, (Pekanbaru: Zanafa Publishing,2011), hlm.57
[9]
Yadi, (http://www.yadi82.com/2010/11/syarat-pembentukan-paragraf-yang-baik.html),
diunduh pada hari Minggu tanggal 10 Juni 2013
[10]
Our Learning Zone (http://ourlz.blogspot.com/2013/05/makalah-kesatuan-paragraf.html),
diunduh pada hari Minggu, 09 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar