Senin, 10 Juni 2013

Makalah Paragraf



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam satu paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.[1]
Paragraf adalah suatu penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki satu topik atau satu tema.
Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena adanya isi pikiran yang hendak disaampaikan, maka alenia memtuhkan susunan yang khas.[2]
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni:
1.    Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2.    Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
Untuk dapat menyusun paragraf dengan baik, ada beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu:
a.    Menentukan kalimat topik
b.    Menentukan kalimat penjelas
c.    Menentukan kalimat-kalimat pengembang
d.   Menentukan kalimat kesimpulan

Ciri-ciri paragraf yang baik antara lain:[3]
1)   Paragraf dibangun atas beberapa kalimat
2)   Berisi makna pesan, pikiran dan ide pokok yang relevan yang sesuai dengan isi paragraf secara keseluruhan
3)   Dalam setiap paragraf hanya ada satu pokok pikiran
4)   Paragraf adalah satu kesamaan ekspresi pikiran
5)   Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padu
6)   Kalimat-kalimat dalam paragraf disusun secara logis dan sistematis

B.  Jenis Paragraf
1.    Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama pada paragraf mempengaruhi nama dan jenis paragraf. Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga jenis.[4]

a.       Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dari umum ke khusus. Bagian umum pada paragraf ini adalah ide pokok, sedang bagian khusu adalah ide penjelasnya. Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan ide pokok dalam kalimat topik kemudian diikuti dengan ide atau pikiran penjelas yang berfungsi untuk menerangkan, menjabarkan, merinci, menjelaskan ide pokok dalam satu atau beberapa buah kalimat penjelas.

Contoh:
            Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.

b.      Paragraf Induktif
Paragraf induktif berupakan kebalikan dari paragraf deduktif, yaitu  paragraf yang dikembangkan dari khusus ke umum. Pengembangan paragraf ini  dimulai dengan mengemukakan satu atau beberapa ide penjelas dalam kalimat penjelas yang selanjutnya diikuti dengan ide pokok dalam kalimat topik sebagai simpulan umum dari beberapa buah idea tau pikiran penjelas sebelumnya.

Contoh :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.

c.       Paragraf Campuran
Sesuai namanya, paragraf campuran merupakan gabungan dari paragraf deduktif dan induktif. Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan ide pokok dalam kalimat topik kemudian diikuti dengan satu atau beberapa ide penjelas dalam kalimat-kalimat penjelas. Di akhir paragraf dikemukakan lagi ide pokok paragraf baik dengan kalimat yang sama maupun kalimat yang berbeda namun memiliki persamaan makna. Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.

Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

Pada paragraf di atas tampak ide pokok paragraf tersebut ada pada kalimat pertama dan terakhir, meskipun berbeda bahasanya namun memiliki makna yang sama. Ide pokok pada paragraf pertama dan terakhir ini dijelaskan oleh ide penjelas yang terdapat pada kalimat kedua.

2.    Berdasarkan Sifat dan Tujuannya[5]
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.
a.       Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.

b.      Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.

c.       Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.

3.    Berdasarkan Teknik Pemaparannya
a.       Deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri kekanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.
Ciri-ciri  paragraf deskriptif:
1)      Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
2)      Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
3)      Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
4)      Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.

Contoh:
Pasar tanah abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Disamping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan pada bagian belakang kita dapat berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.

b.      Ekspositoris
Dengan teknik pemaparan ekspositoris, akan dapat dihasilkan paragraf jurnalistik ekspositoris yang baik. Paragraf jurnalistik ini sering disebut paragraf jurnalistik paparan. Adapun tujuannya adalah untuk memaparkan objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya tertuju pada satu unsur dari objek itu saja.

Contoh:
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.

c.       Argumentatif
Dengan teknik pemaparan paragraf ini, akan dapat dihasilkan paragraf jurnalistik argumentatif atau alinea persuasif yang baik. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih brsifat membujuk atau menyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis atau paparan seperti ekspositoris.[6]

Contoh:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Amankan? kalo memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman di naiki?

d.      Naratif
Paragraf naratif berkaitan erat dengan ihwal penceritaan atau pendongengan sesuatu. Paragraf jurnalistik ini banyak ditemukan dalam cerita-cerita pendek dan cerita-cerita bersambung di surat kabar. Adapun tujuan yang lebih utama adalah untuk menghibur pembaca. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi haya kita temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat dan surat kabar.

Contoh:
Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairun. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan dia antar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Selamat yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.[7]

C.  Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf dianggap bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya apabila paragraf itu lengkap, artinya mngandung pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas. Di samping itu sama halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu.(Keraf, 1980:67). Adapun syarat-syarat tersebut antara lain:

1.    Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu.[8]
Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa saja hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu (Keraf, 1980:67).
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.

Contoh:
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi.

2.    Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan (Keraf, 1980:75).
Kepaduan bergantung dari penyusunan detil-detil dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral.
Pendeknya sebuah paragraf ang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berorientasi kepada pokok uatama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya.
Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a.       Pengulangan kata/kelompok kata kunci atau disebut repetisi
b.      Penggantian kata/kelompok kata atau subtitusi
c.       Pengulangan kata/kelompok kata atau transisi
d.      Hubungan implisit atau penghilangan kata/kelompok kata tertentu atau ellipsis

Berikut ini dikemukakan kata-kata atau frase transisi, seperti dikemukakan oleh Keraf (1980:80-81).[9]
1)      Hubungan yang menyatakan tambah terhadap sesuatu yang telah disebut, misalnya: lebih lagi, tambahan, lagi pula, selanjutnya, di damping itu, akhirnya, dan sebagainya.
2)      Hubungan yang menyatakan pertentangan, misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun juga, sebaliknya, walaupun, demikian, biarpun, meskipun.
3)      Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
4)      Hubungan yang menyatakan akibat, misalnya; sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, maka, akibatnya, karena itu.
5)      Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: untuk maksud itu, untuk maksud tertentu, untuk maksud tersebut, supaya.
6)      Hubungan yang menyatakan singkatan, misalnya contoh intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, dengan kata lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.
7)      Hubungan yang menyatkn waktu, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian.
8)      Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.

Contoh:
Perkuliahan bahasa Indonesia sering dapat membosankan, sehingga tidak dapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bahwa kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar.


3.    Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oelh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dan dnegan detail fakta.

D.  Kesatuan Paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.
Jateng sukses, Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas TinjuAmatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Propinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pemah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.
Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.[10]


[1] Wiki Buku (http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Paragraf), diunduh hari Minggu tanggal 09 Juni 2013.
[2] Hasnah Faizah. Matakuliah Dasar Umum Bahasa indonesia. (Pekanbaru: Cendikia Insani, 2008), hlm.85
[3] Kamus Q (http://kamusq.blogspot.com2012/04/paragraf-dan-jenis-jenis-paragraf.html), diunduh hari Senin, tanggal 10 Juni 2013
[4] Pendidikan bahasa dan Sastra (http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/08/jenis-paragraf-berdasarkan-letak.html), diunduh pada hari Minggu, tanggal 09 Juni 2013
[5] Karangan Dhesy (http://karangan-dhesy.blogspot.com/2008/05/jenis-paragraf.html), di unduh pada hari Senin, 10 Juni 2013
[6] R. Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 155
[7] Suparman Herusantosa, Pengembangan Kalimat dan Paragraf, (Bali: Proyek Penulisan Bahasa, 1987) hlm. 65
[8] Nursalim, Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia, (Pekanbaru: Zanafa Publishing,2011), hlm.57
[9] Yadi, (http://www.yadi82.com/2010/11/syarat-pembentukan-paragraf-yang-baik.html), diunduh pada hari Minggu tanggal 10 Juni 2013
[10] Our Learning Zone (http://ourlz.blogspot.com/2013/05/makalah-kesatuan-paragraf.html), diunduh pada hari Minggu, 09 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar